Yetty Hastiana, Yetty (2012) ANALISIS DAN IDENTIFIKASI POTENSI BIODIVERSITY (Ekosistem dan Spesies: Satwa, Biota Akuatik) DI TN. SEMBILANG, KPTSS (Kawasan Pantai Timur Sumatera Selatan). [Experiment] (Submitted)
|
Text
3_laporan penelitian analisis identifikasi biodiversity_LPPM UMP_genap 2012_yetty_compressed.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Mangrove di kawasan TN. Sembilang meluas hingga 35km ke arah darat yang merupakan sebagian kawasan mangrove terluas yang tersisa di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera, data secara keseluruhan luas mangrove di kawasan Taman Nasional Sembilang tahun 1982 oleh FAO sebesar 195.000ha dan pada tahun 1987 oleh PHP-AWB sebesar 110.000ha (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2001; Sjarkowie, 1995). Luas total hutan mangrove untuk Pulau Sumatera Tahun 1993 adalah 856.134 ha (Dir.Bina Program Kehutanan,1982 dalam Regan, 2008). Berdasarkan data Kanwil BPN Sumatera Selatan (2003) Provinsi Sumatera Selatan memiliki mangrove seluas 363.430ha (Yunardy, 2006). Kawasan perairan Sembilang, Banyuasin Sumatera Selatan merupakan perairan yang cukup produktif sebagai daerah perikanan tangkap. Wilayah Banyuasin yang menghadap ke perairan Laut Cina Selatan merupakan daerah pengelolaan perikanan. Jumlah jenis mangrove berkisar antara 14-18 jenis, didominasi oleh 5 jenis dari Rhizophora, 1 jenis Sonneratia, 2 jenis Avicennia, Xylocarpus, Bruguieria dan Nypa fructicans (Verbeught, 1990). Terdapat 12 jenis mamalia besar, keunikan kawasan ini merupakan tempat persinggahan burung migran dari Asia bagian Utara (Siberia dan Cina) ke bagian Selatan (Australia dan Selandia Baru). Potensi daerah perairan ini sangat kaya akan jenis ikan komersial seperti: kepiting, lobster, molusca dan beberapa jenis ikan, seperti: bawal hitam (Formio niger), bawal putih (Pampus argenteus), kerapu (Epinephelus spp.) dan kakap putih (Lates calcalifer). Peningkatan berbagai aktivitas di wilayah ini memberikan dampak negatif berupa kerusakkan mangrove sehingga dari jumlah luas mangrove tersebut tidak sepenuhnya dalam kondisi baik dan berfungsi secara optimal (Ginting, 2002). Potensi Ekosistem mangrove yang banyak tersebar di Pantai Timur Sumatera Selatan tersebut juga didukung oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Pantai timur mempunyai daratan lebih rendah dibandingkan dengan pantai barat, (2) banyaknya sungai besar yang mengalir ke pantai timur. Kondisi ini mendorong pertumbuhan mangrove di daerah muara sungai semakin subur dan semakin luas, akibat banyaknya sedimen yang terbawa arus sungai. Ekosistem mangrove di Sumatera mempunyai kekayaan jenis yang tinggi bila dibandingkan dengan kekayaan jenis hutan di Pulau Jawa, Sulawesi dan Pulau lainnya (Anwar, 1994; Chapman, 1984; Dodd, 1999; Whitten, 1984). Saat ini sebagian dari kawasan Sembilang telah termasuk dalam kawasan konservasi lahan basah di Indonesia (DKDJPHKA,TNS: 2001, 2009; Danielsen dan Verbeught, 1990; Khazali, 2001), namun tekanan terhadap kawasan ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ketergantungan masyarakat, meningkatnya aksesibilitas dan aktivitas masyarakat di sekitar kawasan, serta pengaruh perubahan iklim global (Arisandi, 2002; Gilbert,1997; Kusmana, 2008; Soeriatmadja, 1997). Perubahan ekosistem mangrove semakin diperparah oleh global warming efect seperti: kenaikan muka air laut berupa arus gelombang laut yang tinggi menyebabkan abrasi pantai, perubahan pola pasang (DPPK, 2005; Informasi masyarakat, 2009; Soeriatmadja, 1997).
Item Type: | Experiment |
---|---|
Subjects: | A General Works > AC Collections. Series. Collected works |
Divisions: | PPS Pendidikan Biologi (S2) |
Depositing User: | Dr. Yetty Hastiana M.Si |
Date Deposited: | 29 May 2023 00:48 |
Last Modified: | 29 May 2023 00:48 |
URI: | http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/25529 |
Actions (login required)
View Item |