AKIBAT HUKUM OUTSURCHING KETENAGAKERJAAN SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

TIRTA ARDIYANSYAH, NIM. 502015346 (2020) AKIBAT HUKUM OUTSURCHING KETENAGAKERJAAN SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN. Skripsi thesis, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG.

[img]
Preview
Text
502015346_BAB I_DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (685kB) | Preview
[img] Text
502015346_BAB II_SAMPAI_BAB TERAKHIR.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (542kB)

Abstract

ABSTRAK AKIBAT HUKUM OUTSURCHING KETENAGAKERJAAN SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah Outsourching menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ? dan Apakah akibat hukum putusan mahkamah konstitusi terhadap ketentuan Outsurching ketenagakerjaan?. Jenis penelitian hukum ini adalah “penelitian hukum normatif” yang dimaksudkan objek kerjanya meliputi data-data sekunder yang ada diperpustakaan. Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan. Sesuai dengan judul dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa : Outsourching menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berikut peraturan pelaksanaannya dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan sekaligus memberikan bagi pekerja/buruh. Bahwa dalam praktiknya ada yang belum terlaksana sebagaimana mestinya adalah masalah lain dan bukan karena aturannya itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menjamin terlaksananya secara baik sehingga tercapai tujuan untuk melindungi pekerja/buruh, diperlukan pengawas ketenagakerjaan maupun oleh masyarakat di samping perlunya kesadaran dan iktikad baik semua pihak. Dan Akibat hukum putusan mahkamah konstitusi terhadap ketentuan Outsurching ketenagakerjaan, putusan MK yang tidak menyatakan sistem outsourcing sebagai sistem terlarang dalam relasi bisnis dan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Dalam posisi itu, Pasal 64 UU No 13 Tahun 2003 tetap sah sebagai dasar hukum bagi perusahaan untuk melaksanakan outsourcing dan Pasal 65 kecuali ayat (7) dan Pasal 66 kecuali ayat (2) huruf (b) sebagai teknis hubungan kerja dalam perusahaan outsourcing. Dengan demikian pengaturan tentang outsourcing dianggap oleh MK tidak bertentangan dengan UUD 1945 kecuali ketentuan Pasal 65 ayat 7 dan Pasal 66 ayat (2b), sehingga perjanjian kerja dengan sistem outsourcing masih boleh dilaksanakan asal dilaksanakan dengan perjanjian waktu tidak tertentu untuk pekerjaan yang sifatnya terus menerus. Kata Kunci : Outsurching, Ketenagakerjaan, Mahkamah Konstitusi.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing 1. H. Zulfikri Nawawi, S.H., M.H. 2. Rusniati, S.E., S.H., M.H.
Uncontrolled Keywords: Outsurching, Ketenagakerjaan, Mahkamah Konstitusi.
Subjects: Ilmu Hukum > Hukum Perdata
Divisions: Fakultas Hukum > Ilmu Hukum (S1)
Depositing User: Mahasiswa Fakultas Hukum
Date Deposited: 04 Aug 2020 00:30
Last Modified: 04 Aug 2020 00:30
URI: http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/8800

Actions (login required)

View Item View Item

is powered by EPrints 3 which is developed by the School of Electronics and Computer Science at the University of Southampton. More information and software credits.